Traveling

Melihat Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi

Akhirnya saya dapat menyaksikan Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, setelah selama lima tahun masuk dalam wishlist.

Ritual bakar tongkang.

Bakar Tongkang merupakan ritual tahunan yang dilakukan sejak 134 tahun lampau. Ceremoni ini bertujuan untuk mengenang nenek moyang Etnis Tionghoa yang tinggal di Bagansiapiapi dan sebagai bentuk rasa syukur karena para dewa telah melindungi nenek moyang mereka selama dalam perjalanan dari daratan Tiongkok ke Bagansiapiapi.

Ritual Bakar Tongkang bermula ketika pada tahun 1820 sekelompok masyarakat Etnis Tionghoa dari Provinsi Fujian, Tiongkok, berlayar untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Setibanya di daratan yang kini dikenal dengan nama Bagansiapiapi, sebuah kota yang berada di muara Sungai Rokan, para perantau sepakat bahwa mereka tidak akan kembali ke daerah asalnya. Kesepakatan untuk tidak kembali ini ditandai dengan membakar tongkang kayu sederhana yang mereka tumpangi sebelumnya.

Bakar Tongkang dikenal juga dengan sebutan Go Ge Cap Lak, yang menunjuk waktu pelaksanaannya, yaitu setiap tanggal 16 pada bulan kelima dalam penanggalan tradisional Tiongkok. Tahun ini, Go Ge Cap Lak bertepatan dengan tanggal 30 Juni 2018.

Sejak pukul 11.00 WIB saya sudah berada di jantung kota Bagansiapiapi, berbaur dengan masyarakat setempat. Sesekali saya mengobrol dengan mereka, menangkap antusiasme mereka terhadap perayaan ini.

Bakar Tongkang
Sebelum di bakar, replika tongkang diarak keliling kota.

Pada pukul 15.00 WIB, replika tongkang mulai diarak mengelilingi Kota Bagansiapiapi. Arak-arakan ini sangat menarik perhatian, sehingga ribuan masyarakat dan wisatawan menyemut di tepi jalan yang akan dilalui. Diperkirakan 69.000 wisatawan nusantara dan mancanegara menghadiri perhelatan ini. Saat replika tongkang melintas, masyarakat Etnis Tionghoa berdoa meminta keberkahan kepada para dewa.

Bakar Tongkang
Lapangan yang akan menjadi lokasi bakar tongkang.

Bakar Tongkang
Tumpukan kim cua, alas tongkang saat dibakar.

Selesai diarak, replika tongkang diletakkan di atas tumpukan kertas kuning atau kim cua pada sebuah lapangan di Jalan Perniagaan, Bagansiapiapi. Tepat pukul 16.00 WIB, replika tongkang mulai dibakar.

Bakar Tongkang
Prosesi bakar tongkang dimulai.

Masyarakat Tionghoa yang hadir menyaksikan dengan takzim proses pembakaran sambil terus berdoa. Mereka percaya dengan ramalan bahwa peruntungan mereka setahun ke depan tergantung pada arah jatuhnya tonggak kayu yang dipasang pada tongkang. Peruntungan ditentukan dua arah, yaitu utara dan selatan atau laut dan darat.

Bakar Tongkang
Detik-detik menanti tonggak jatuh.

Saya menyaksikan acara ini dengan penuh perhatian, fokus menatap tonggak, deg-degan, penasaran, menanti ke arah manakah ia akan jatuh. Akhirnya, pada proses bakar tongkang kali ini, tonggak kayu jatuh ke arah selatan, maka diyakini rezeki setahun ke depan akan lebih banyak di darat daripada di laut.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *